11 November 2009

NAMRU-2 SENJATA BIOLOGI SESAT BERKEDOK KESEHATAN AMERIKA UNTUK INDONESIA

By Line: Adi Wijaya

NAMRU-2 Harga Mati untuk Amerika

Naval Medical Research Unit-2 yang dikenal dengan istilah NAMRU-2 , merupakan senjata biologi sesat yang dibuat oleh amerika khusus untuk negara-negara berkembang, terutama basis Islam terbesar di dunia, Indonesia. Adapun salah satu tujuannya adalah untuk memporak-porandakan sistem pemerintahan di Indonesia.

Amnesia sejarah secara massal adalah penyakit akut yang telah menjangkiti bangsa Indonesia. Begitu mudah warga masyarakat di negeri ini melupakan peristiwa penting, bahkan peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi. Amnesia pula yang terjadi dalam isu Naval Medical Research Unit-2 (NAMRU-2). Setelah sebulan menjadi headline hampir semua media massa, kini sepak terjang lembaga intelijen berkedok laboratorium milik Angkatan Laut Amerika Serikat seolah terlupakan. Padahal langkah amerika serikat mempertahankan laboratorium penyakit Tropis terlengkap di dunia yang telah 40 tahun beroperasi di Indonesia itu, terus berlangsung.

Menurut Juru Bicara Depatemen Luar Negeri Kristanto Legowo, Deplu telah menerima draf Memorandum of Understanding (MoU) NAMRU-2 dari pemerintah Amerika Serikat satu atau dua Minggu lalu. Saat ini pemerintah sedang membahas draf itu secara mendalam. “Kami akan lihat dan membahas darf yang diajukan untuk memastikan tidak atau adanya hal yang merugikan kepentingan nasional” ujar Juru Bicara Deplu. Tapi menurutnya, vokal pointnya ada di Departemen Kesehatan. Anehnya, usai kunjungan dari Jenewa, pekan lalu, menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari malah mengaku tidak tahu soal perkembangan terakhir ini. “Sekarang bola di tangan Amerika, mereka belum membahas daraf MoU yang kita kirim” ujarnya. Menurut dia, Depkes akan tetap menghentikan kegiatan operasional laboratorium milik Angkatan Laut AS itu di Indonesia.

Tentu saja hal ini sangat mengherankan. Sebab, jika benar Depkes adalah vokal point pembebasan draf baru, seharusnya Menteri Kesehatanlah yang perlu segera diajak bicara oelh Deplu untuk membahas draf MoU AS. Diduga sikap keras Menteri Kesehatan menyebabkan pembahasan MoU tentang kelanjutan operasi NAMRU-2 ini belum juga dilaksanakan.

Satu dari Tiga Deal Utama Pengaruh AS di Indonesia

Alotnya pembahasan NAMRU-2 dimaklumi Menteri Kesehatan. Sebab MoU NAMRU-2 adalah satu dari tiga dela utama yang menandai pengaruh AS di Indonesia. MoU pertama adalah Masuknya Indonesia ke Internastional Menetary Fund (IMF) dan World Bank yang intinya AS jadi tim asistensi ekonomi, deal kedua adalah penyerahan pengelolaan tambang ke sejumlah perusahaan AS. “Makanya AS ngotot mempertahankan NAMRU-2” kata Siti Fadillah.

NAMRU-2 beroperasi di Indonesia sejak 1968 ketika Menteri Kesehatan GA Siwabessy, meminta bantuan dokter Angkatan Laut AS menanggulang wabah Pes di Boyolali, Jawa Tengah. Bantuan ditingkatkan menjadi kerja sama permanen berdasarkan MoU yang diteken Duta Besar AS untuk Indonesia, Francis Joseph Galbraith dan Swabessy pada 16 Januari 1970. Semula NAMRU-2 bersatatus detachment dipimpin oleh seorang kapten. Sejak tahun 1991 indonesia menjadi pangkalan utama NAMRU-2, ketika Command NAMRU-2 dipindah di Jakarta dan dikepalai oleh seorang kolonel. NMAR-2 beroperasi karena Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat menarik untuk diteliti” kata Direktur NAMRU-2 Trevor Jones. Tahun 1986 NAMRU-2 mendirikan laboratorium di Jayapura bersama Depkes, dan RSU Jayapura. Anehnya, dalam penelitian Malaria itu, mereka tak hanya mengambil sampel darah warga. Mereka juga memetakan situasi, topografi, dan penyebaran penyakit dengan cara tak lazim. “mereka mengumpulkan data pos militer, jarak lokasi penyebaran penyakit dengan kantor pemerintahan, dan memetakan lokasi dengan detail”, kata seorang peneliti Balitbangkes. Tahun 1997 NAMRU-2 ditetapkan sebagai WHO Collaborating Center untuk Emerging Infectious Disease Asia Tenggara. Dengan dalih meneliti Malaria, Demam berdara, HIV/AIDS, dan Flu Burung mereka mengirim surak ke seluruh Rumah Sakit Umum, daerah maupun swasta, dan puskesmas untuk mengirimkan sampel darah pasien. Tapi, ketika pemerintah sibuk mengahdapi bencana nasional Demam Berdarah dan Flu Burung mereka diam saja.

Menteri Keras, Istana malah Lunak

Masalah NAMRU-2 marak ketika beredar surat penghentian sementara operasi NAMRU-2 di Indonesia. Surat untuk Direktur NAMRU-2 itu ditandatangani kepala Balitbangkes Depkes, Dr. Triono Soendoro, 31 Maret 2008 lalu, atas perintah Menteri kesehatan. Laboratorium yang telah bercokol 4 dasawarsa itu diminta menghentikan operasi sampai MoU baru diteken.

Triono juga merilis surat edaran untuk para direktur rumah sakit umum, daerah, dan swasta; para Rektor, Dekan Fakultas Kedokteran, Farmasi, Kesehatan Masyarakat, dan MIPA di seluruh universitas negeri maupun swasta di Indonesia; serta para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten se-Indonesia. Surat ini menghimbau semua lembaga yang masih mengirimkan specimen biologis ke NAMRU-2 untuk menghentikan kegiatan.

Begitu surat dirilis, Presiden Yudhoyono memanggil Siti Fadilah. “Rasanya tidak perlu……… toh, NAMRU-2 sudah banyak berjasa kepada kita…….” Kata seorang dumber di Depkes mengutip pembicaraan SBY kepada Siti Fadilah. , kata sumber tadi, masukan ke SBY berasal dari Juru Bicara Presiden Dini Patti Djalal yang dekat dengan AS. Siti Fadilah lalu menjelaskan, meski NAMRU-2 di lingkungan Balitbangkes, Depkes tak pernah mendapat laporan hasil penelitian mereka. Selama ini yang dilaporkan hanya kegiatan saja. “Saya juga gak tahu opo to isine (apa sih isinya). NAMRU itu. Kata Siti Fadilah, karena itu pula Ia mengispeksi laboratorium itu secara mendadak. NAMRU-2 pun tak pernah menyertakan dokumen Material Transfer Agreement. Padahal , dokumen ini sangat penting untuk melacak specimen biologis, menyangkut dampak kesehatan maupun nilai ekonomisnya. Selain itu, meski mengaku meneliti dan mengambil sampel malaria, demam berdarah, TBC, ndan Hepatitis, hingga kini penyakit-penyakit itu masih berjangkit. Langkah Menkes didukung oleh Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda dan Kepala Badan Intelijen Negara Syamsir Siregar. Menurut mereka banyak hal perlu dibenahi dalam Mou, terutama soal jumlah peneliti NAMRU-2 yang memiliki paspor Diplomati, ketertutupan NAMRU-2 dan dugaan kegiatan intelijen para peneliti NAMRU.

Menlu, Menhan, dan Menkes, sepakat hanya akan memberikan pasor Diplomatik untuk Direktur dan Wakil Direktur NAMRU-2. Syamsir malah menyatakan cukup seorang, selain menegaskan bahwa tak semua daerah boleh dikunjungi. Sementara, “Harus ada Dokter TNI-AL yang diikutsertakan di setiap program”, kata Juwono. Karena surat penghentian operasi itu, Panglima United Stated Pacific Command (US – PACOM) Laksamana Timothy J. Keating dating ke Indonesia pada Kamis (10/4). Ia bertemu presiden dan Menhan di istana. Dalam jumpa pers, Keating menegaskan bahwa NAMRU-2 akan tetap beroperasi di Indonesia “NAMRU -2 akan melanjutkan aktivitasnya di inodnesia”, ujarnya. Karena pendekatan Militer mentok, Presiden G. W. Bush mengutus Menkes Michael O Leavittuntuk bertemu SBY. Di istanan Negara, SBY mempertemukan Leavitt dengan Siti Fadilah dan Menko Kesra Aburizal Bakrie. Saat itu Siti Fadilah mendudukkan masalah. “Saya terangkan tentnag pentingnya aturan pengalih-tanganan spesimen biologis,” ujarnya.

Saat itu Leavitt seolah menyetujui usul Menkes agar kerja sama NAMRU-2 digelar antar Depkes. “Dia mengaku heran dengan kerja sama selama ini dan dia setuju usul saya,” kata Siti Fadilah. Tapi belakangan penjelasannya pada Leavitt dianggap menjadi pangkal kemacetan MoU NAMRU-2. “Semua gara-gara Menteri Kesehatan,” kata Leavitt kepada The Straits Times.

Jika tiga Menteri dan Kepala BIN menolak NMARU-2, istana malah melempem. Tak hanya memerintah para Menteri agar tetap membuka hubungan, Juru Bicara Presiden Dino Patti Djalal yang memback up NAMRU-2 hingga disinyalir antek AS malah dibela habis. “Saya tegaskan, Saudara Dino bukan agen Amerika,” kata Mneteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa.

Kasak-Kusuk Duta Besar AS untuk Indonesia

Sementara, pemerintah AS pun mulai kasak-kusuk. Dua pecan lalu, Duta Besar AS untuk Indonesia Cameron M Hume dating ke DPR/MPR bersama Direktur NAMRU-2, Captain Trevor R. Jones menemui Ketua DPR Agung Laksosno. “Mereka berencana Mnegundang DPR untuk meninjau NAMRU-2,” kata Agung sesuasi pertemuan itu.

Saat itu Hume dan Jones minta dukungan DPR agar anggota tim NAMRU-2 yang diberi fasilitas kekebalan diplomatic ditambah. Jadi tak hanya dua prang seperti darft idnonesia. Padahal kata anggota Komisi I Yusron Izha Mahendra, perpanjangan NAMRU-2 tak layak lagi. Seharusnya kerja sama berakhir tahun 2000, tapi hingga kini tetap beroperasi. “Saya tidak tahu mengapa perpanjangannya dengan Nota Diplomatik. Mungkin ada tekanan Amerika,” ujarnya.

Jika sekadar meninjau dan membiarkan anggota DPR mengkritisi, tentu tidak jadi masalah. Tapi kayaknya AS menyiapkan jurus khusus merayu DPR agar mendukung NAMRU-2. Sebab keberlangsungan Laboratorium itu sudah harga mati agar Indonesia tetap mereka kangkangi. Namun, Yusron memastikan, DPR tak akan memenuhi undangan itu. “Selama ini mereka sangat tertutup. Pasti mereka sudah menyembunyikan hal-hal yang berbahaya,” ujarnya (www.suara-islam.com/abu-zahra).


Resume Diskusi Kontemporer
"Namru II dalam Kajian HI"
-Advokastra Himahi FISIP Unhas-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar