07 Mei 2012

SEMUANYA BERAWAL DARI PEMAHAMAN KITA akan ADVOKASI

Tindakan setiap individu selalu didasari atas pemahamannya. Dengan demikian tingkat pemahaman seseorang sangat berpengaruh dalam melahirkan penegakkan sikap sehingga pembicaraan kita tidak akan jauh dari kata advokasi. Memahami advokasi sangat penting sebab sering kali beberapa orang sangat awam akan istilah tersebut dan seringkali dalam kehidupan sosial secara tidak sadar kita telah melakukan advokasi untuk kepentingan masyarakat. Dan sebagai catatan, advokasi pada hakekatnya suatu pembelaan terhadap hak dan kepentingan publik,bukan kepentingan pribadi, sebab yang diperjuangkan dalam advokasi tersebut adalah hak dan kepentingan kelompok masyarakat (public interest). Istilah advokasi sangat lekat dengan profesi hukum. Begitu banyak definisi yang ditawarkan. Menurut bahasa belanda, advocaat atau advocateur berarti pengacara atau pembela. Karenanya tidak heran jika advokasi sering diartikan sebagai ‘ kegiatan pembelaan kasus atau beracara di pengadilan.” Dalam bahasa inggris to advocate tidak hanya berarti to defend (membela), melainkan pula to promote (mengemukakan atau memajukan), to create (menciptakan) dan to change (melakukan perubahan). Menurut almarhum Mansour Faqih (2000) advokasi adalah media atau cara yang digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju. Dalam buku “membela taman sebaya” disebutkan bahwa: “Advocacy is defined is the promotion of cause or the influenching of policy, founding streams or other politically determined activity”. Artinya advokasi adalah promosi sebab atau pengaruh sebuah kebijakan atau aktifitas lainnya yang ditentukan secara politik. Dalam konteks kehidupan sosial keagamaan dan kemanusiaan, advokasi lebih merupakan penerjemahan secara praksis dari nilai nilai keagamaan yang berdimensi sosial, sekaligus sebagai gerakan pembebasan dan kemanusiaan. Tujuannya adalah terjadinya transformasi struktur dari struktur yang menindas dan tidak berpihak kepada kaum lemah kepada struktur yang secara sosial, politik, dan ekonomi, lebih manusiawi, etis, egalitarian, dan berkeadilan. Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada orang lain atau menyampaikan suatu isu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat serta mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta membangun dukungan terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut. Secara sederhana sesungguhnya kerja advokasi adalah MEMPENGARUHI serta MENGUBAH. Dua kata kunci ini harus selalu ada dalam kerja-kerja advokasi, sehingga dapat disimpulkan secara sederhana bahwa advokasi adalah “bagaimana mempengaruhi siapa dalam rangka mengubah apa dan mengapa ?” Advokasi adalah seni, tetapi bukan lukisan abstrak. Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat. “ if we fail to plan, we plan to fail,” jika kita gagal merencanakan, maka itu berarti kita sedang merencanakan kegagalan

31 Maret 2012

Diplomasi Indonesia dalam Dinamika Internasional


Oleh: Isti Paramita Idris


Hubungan dalam perkembangan internasional semakin dinamis. Hal itu ditandai dengan semakin meningkat dan bertambahnya persoalan-persoalan ineternasional yang berdampak pada hubungan antar-negara, dalam konteks bilateral, regional maupun multilateral. Derasnya tuntutan globalisasi, krisis ekonomi global, isu nuklir, konflik perbatasan,masalah-masalah kemanusiaan, HAM, dan climate change seakan menenggelamkan optimisme terciptanya tata dunia baru yang lebih baik, sekaligus menunjukkan bukti kuat dinamika internasional yang semakin kompleks. Bagaimanapun semua permasalahan tersebut harus diselesaikan untuk menjaga kestabilitas hubungan negara-negara di dunia dan menjaga keseimbangan hukum, politik, ekonomi, dan alam.


Dalam dinamika internasional, Indonesia harus menemukan jalan dan cara agar hubungannya dengan berbagai komponen internasional dapat berjalan dengan baik, dan tidak akan berdampak buruk bagi kepentingan Indonesia. Untuk menjawab tantangan dan permasalahan tersebut, diperlukan berbagai pemberdayaan ptensi yang dimiliki oleh bangsa ini, mulai dari potensi sumber daya manusia, alam raya, budaya, hingga kreativitas. Semuanya merupakan purwarupa yang memperkaya bahan baku diplomasi yang tidak saja berpotensi mengangkat citra politik bangsa ini dalam panggung internasional, tetapi juga dapat menjadi alat diplomasi yang ampuh untuk meraih kemanfaatan ekonomi dan kedigdayaan sosial b udaya.


Diplomasi Indonesia dalam Dinamika Internasional ini adalah hal yang menarik. Dinamis dan hiruk pikuknya perkembangan hubungan internasional kini sedapat mungkin ditelaah dalam dua sketsa, yakni sejauhmana hal tersebut berdampak terhadap Indonesia dan bagaimana Indonesia dapat berperan dan berkontribusi untuk dunia. Hal itu sudah menjadi ruh dalam kebijakan politik luar negeri kita yang menganut prinsip "bebas dan aktif".

Bergolaknya Timur Tengah & Realisasi Grand Design Israel Raya

Pergolakan yang terjadi di beberapa negara di Timur Tengah seperti Tunisia, Mesir, Aljazair, Libya, Yaman hingga ke Bahrain dan Iran, sesungguhnya membuat Amerika Se¬rikat ketar-ketir dan menjadi dilema besar dalam mengekspor demokrasi dan HAM sebagai 'dagangan' ala AS, namun di sisi lain ingin tetap men¬jaga kekerabatan dengan para diktator yang di semenanjung Arab.
Karena diktator di kawasan Arab itu menjamin eksistensi AS di Timur Tengah. “Kalau AS memaksakan demokrasi tapi menimbulkan kekacauan dan instabilitas, maka akan sangat menggangu AS dan sekutu Baratnya di Timur Tengah,” kata Smith Alhadar.
“Makanya mereka serba salah. Justru sebenarnya Amerika punya pengaruh negatif sehingga membuat masyarakat bergerak. Sebenarnya, rakyat menuntut demokrasi karena kejenuhan, kemiskinan dan harga pangan yang tinggi. Tidak ada pengaruh AS dalam gerakan ini. Kebosanan ma-syarakat itulah yang mendorong mereka,” tuturnya.
Situasi di Bahrain, markas armada ke-5 Angkatan Laut AS, menumpuk rasa kekhawatiran Washington. Di Yaman, polisi dan pendukung pemerintah juga sedang menghadapi tiga ribu pengunjuk rasa yang ingin Presiden Ali Abdullah Saleh turun. Unjuk rasa ini telah berlangsung selama lima hari terakhir.
Yaman adalah partner penting AS di kawasan untuk memberantas jaringan terorisme yang dirangkai kelompok militan Al Qaeda. Pentagon berencana meningkatkan latihan satuan pasukan antiteror Yaman untuk menekan Al Qaeda Semenanjung Arab (AQAP). Saleh merupakan salah satu tokoh penting yang bisa menyatukan suku-suku di Yaman.


Seperti Tunisia dan Mesir, kemiskinan dan kompleksitas suku juga menjadi isu utama di negara ini. Kontras dengan kehidupan relatif makmur ala Barat, yang disimbolkan dengan jajaran pusat perbelanjaan dan kedai kopi di Ibukota Bahrain, Manama. Sayangnya, Bahrain sendiri juga dipenuhi dengan ketimpangan kelas sosial.

Di Jordania, ratusan anggota suku Badui setempat memblokir jalan dan meminta pemerintah mengembalikan tanah yang mereka miliki. Sementara aktivis di Arab Saudi berusaha membentuk partai politik, upaya untuk melawan kekuatan monarki yang nyaris absolut serta pro-Barat.


Setelah Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali digulingkan, AS juga kehilangan Presiden Mesir Hosni Mubarak. Keduanya merupakan tokoh penting yang mendukung sejumlah misi Amerika. Sayangnya, Amerika juga selalu memilih bersekutu dengan para pemimpin Arab yang bergaya diktator.

Sebagai perbandingan, lihat saja Iran. Presiden Mahmoud Ahmadinejad dikenal sebagai satu-satunya pemimpin Timur Tengah yang paling berani menyuarakan anti-Amerika. Negaranya juga dilanda gelombang unjuk rasa. Ahmadinejad tak kekurangan akal, ia menyatakan pengunjuk rasa antipemerintah adalah pengkhianat bangsa.

Dengan terpecahnya negara-negara di Timur Tengah justru semakin memudahkan AS, zionis Israel dan sekutunya merangsek masuk dengan memasarkan paham 'bathil' ala demokrasi dan HAM yang utopia, berstandar ganda dan anti-Islam.
Mungkinkah Konspirasi Membangun Israel Raya?
Revolusi islam akankah menampakkan kegemilangan? Ataukah skenario babak belurnya jazirah arab terjadi karena grand design yahudi demi memuluskan ambisinya membangun Greater Israel atau Israel Raya?

Penulis dan aktivis islam yang sempat aktif di Sabili, Herry Nurdi bahkan menuangkan ide, gagasan, analisanya mengenai The Greater Israel ini, menurutnya, Gerakan Zionis masih terus menjadi musuh Islam. Dengan dukungan negara Barat, terutama Amerika dan NATO, dan bahkan diktator dari kalangan sekuler Arab sendiri, kini Israel saat ini terus melancarkan keinginannya mengubah peta di kawasan Timur Tengah, melalui peta baru itu negara Yahudi hendak menguasai kawasan Timur Tengah.


Sebelum bergolaknya semenanjung Arab ini, masalah sepertiPembangunan batas permanen, perluasan pemukiman, pengepungan Jerusalem, dan pencurian air memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Semua itu berjalan mulus dan lancar karena terselubungi oleh masalah-masalah yang sebenarnya tidak signifikan. Masalah-masalah yang direkayasa oleh Israel untuk mengalihkan perhatian dunia internasional dari apa yang sebenarnya terjadi.


Tahun 2010 hanyalah rencana transisi saja. Visi Israel yang sebenarnya adalah seperti gambar bendera nasionalnya: bintang David di antara garis biru atas dan bawah. Hal itu berarti men-Zionis-kan wilayah-wilayah di antara Sungai Nil dan Eufrat. Itulah Eretz Yisrael (Israel Raya).


Inti ‘Israel Raya’, menurut Herry Nurdi, adalah hendak menguasai dunia dengan membentuk negara Israel Raya yang ditargetkan paling lambat 2012. “Jadi bagai memakan kacang, jika kacang-kacang yang bagus sudah habis, maka kacang yang jelek pun akan dikupas. Demikian pula dengan Zionis. Maka perlu kewaspadaan tinggi,” ujar Herry Nurdi.


Akankah hal ini menjadi kenyataan? Semoga Allah membantu kaum muslimin dan membangunkan jiwa ksatria singa yang lama tertidur, kiranya Allah Azza wa Jala membangkitkan semangat jihad akbar di dalam dada kaum muslimin karena hal ini telah terbukti menjadi penangkalnya, sebagaimana Rasulullah telah mempraktekannya.


sumber: http://www.voa-islam.com/news/islamic-world/2011/02/21/13424/bergolaknya-timur-tengah-realisasi-grand-design-israel-raya/

Krisis Listrik, Pelayanan Fakultas Terhambat

Anda kuliah di Unhas, apalagi di daerah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Perpustakaan Pusat pati anda tahu tentang "Byar Pet" (nyala padam) pada listrik dalam seminggu ini. Dalam empat hari terakhir, terjadi trip sebanyak 4-5 kali dalam sehari. Penyebab terjandinya byar pet listrik di tempat ini diduga karena kerusakan pada trafo. Namun setelah diperiksaoleh pegawai Pembangkit Tenaga Listrik (PLN) bersama dengan staf kelistrikan Unhas, tidak ada tanda-tanda kerusakan.
Pemakaian yang berlebihan disinyalir sebagai penyebabnya byar pet ini. Hal itu ditandai dengan (alat ukur) pada trafo telah melampaui batas. "Dalam dua hari ini dilakukan pengamatan untuk mengetahui penyebab sebenarnya," tutur Jumakra, selaku Teknisi Kelistrikan Unhas.
Namun, padamnya lampu berakibat pada proses kuliah yang semestinya menggunakan listrik seperti Liquid Crystal Display (LCD) dan pemakaian komputer yang tertunda. Bahkan proses administrasi seperti persuratan dan tempat fotocopy di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) ikut terbengkalai. Kejadian ini bukan terjadi satu kali saja di Unhas namun tahun 2010 kejadian seperti ini telah terjadi dan masih berlanjut di tahun 2011. Lantas akankah pihak Unhas membiarkan persoalan klasik seperti ini?

sumber: http://www.identitasonline.net/2011/02/krisis-listrik-pelayanan-fakultas.html