22 Februari 2011

Refleksi dari diskusi HIMAHI dept. Advokastra dan kajian strategis, pelataran Baruga Universitas Hasanuddin, pkl 16.00 – 18.00 WITA

Konflik mesir adalah ekskalasi yang nyata dari pengekangan selama tiga dasawarsa. Keamanan dan ketertiban memang berhasil diciptakan oleh pemerintahan Mubarak tapi tidak untuk kesejahteraan, keadilan dan kebebasan. Presentase jumlah kemiskinan sebanyak 40 % adalah jumlah yang fantastis jika dibandingkan dengan jumlah pemasukan negara seribu menara ini dibidang pariswisata, ekspor impor dan bantuan luar negeri.


Dengan catatan sejarah yang cukup panjang, Mesir menjadi negara rebutan banyak generasi. Setelah Moses/Musa, Paharaoh/fir’aun, Dinasati Islam/Abasyiah, Umayyah, Ustmaniah dan Ottoman, Mesir jatuh ketangan Eropa. Lantas seberapa pentingkah Mesir itu sendiri?? Pertanyaan tersebut terjawab dalam kutipan perkataan salah seorang Perdana Menteri Inggris pada tahun 1906;

“ there are people control special territories(Mesir) yang didalamnya adalah wilayah yang sangat melimpah sumber daya alamnya dan menguasai jalur internasional dan merupakan tempat awal munculnya peradaban besar dan pusat munculnya agama samawi. Dan jika wilayah tersebut dikuasai oleh suatu negara maka akan menjadi penentu dunia”

Dengan demikian, Mesir memang patut menjadi negara dengan kedudukan yang tidak kalah pentingnya di banding Amerika Serikat sebagai negara super power. Jalur terusan suez sebagai satu-satunya gerbang paling strategis yang menghubungkan lalu lintas perdagangan Eropa, Asia dan Afrika semakin menambah nilai plus Mesir. Perdagangan minyak disekitar Iraq, Iran dan Arab Saudi yang konsumennya berada di Eropa hanya akan melalui mesir! Daya tawar mesir menjadi sangat kuat. Selain hal tersebut, Mesir juga memegang posisi penting di kawasan Timur Tengah sebab menjadi percontohan bagi negara-negara di kawasan tersebut, mengingat prestasi Mesir dalam bidang pendidikan khususnya, sekaligus menjadi negara dengan latar belakang peradaban yang gemilang.

Namun sangat disayangkan, semua pencapaian-pencapaian tersebut, tidak dirasakan oleh 40% rakyat mesir yang masih berada di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan 2$ perhari. Tidak mengherankan kemudian, pergolakkan besar-besaran dari berbagai kalangan guna menuntut kemunduran Mubarak terjadi. Tetapi, ada beberapa keanehan dalam pergolakan/demonstrasi yang dilakukan tersebut. Salah satunya yaitu mengenai aktifitas demonstrasi yang di pusatkan di lapangan Taher, yang lokasinya sangat jauh dari ‘istana’ Mubarak. Tentu saja, hal ini tidak akan menimbulkan efek ketakutan pada pejabat korup mesir.


Muncul pertanyaan di benak kita semua, siapa dalang di balik semua permainan ini...Urgenitas yang dimiliki Mesir mendorong setiap negara untuk berlomba-lomba memikat bahkan menguasai Mesir, tidak pelaknya dengan Amerika. Fokus utama dalam pencapaian kepentingan AS di Mesir adalah melalui penempatan orang-orang yang sesuai dengan kepentingan AS di Mesir. Tidak hanya itu saja, the twin city, di gaza dan mesir ditutup oleh pemerintahan mesir dengan penjagaan yang berlapis, indikasinya sangat jelas, pemerintahan mesir yang korup mendapatkan banyak sekali bantuan militer dari AS (sebagian besar diselewengkan) untuk mereduksi perlawanan rakyat gaza dengan menutup akses makanan, obat2an, dan militer,


Hal menarik lainnya adalah adanya dugaan bahwa komplotan konspirasi telah merencanakan demo besar-besaran tersebut. Hal ini terbukti pada saat Condoleezza Rice masih menjadi mentri luar negeri USA, beliau mengundang perwakilan oposisi di mesir untuk datang ke White House, El-Baradei beberapa saat yang lalu telah melakukan pertemuan dengan pejabat Uni Eropa, dan tak lupa Mubarak yang merupakan sekutu Amerika namun Amerika menyadari menurunnya citra Mubarak di kalangan masyarakat Mesir akibat kediktatorannya, menjadikan AS perlu mengambil langkah antisipasi sebelum Mubarak benar-benar turun dari tahta kepresidenannya. Sesungguhnya Mubarak hanyalah tumbal dari semua kepentingan AS di mesir, dengan demikian siapapun yang menggantikan posisi Mubarak tidak akan membawa perubahan yang berarti bagi Mesir, selama masih berada di bawah payung kekuasan AS, dengan cara yang sudah tidak asing lagi di telinga kita yaitu dengan memecah belah kesatuan umat muslim, penanaman nilai2 liberal, mengamankan negara yang sangat strategis, dan tentunya masalah palestina. Tak ada seorangpun yang bisa meramalkan, apakah setelah masuk ke lubang Harimau, Mesir akan selamat atau bahkan masuk ke lubang buaya.